Kamis, 23 April 2009

JAMBAN


Jamban, kata-kata yang agak 'basi' buat anak sekarang. Bahkan mungkin mereka ga kenal kata ini. Tapi, aku mengenalnya sebagai bagian dari masa kecilku. Yup! Bener. Dulu, bagiku ini tempat favorit. Tentunya untuk mengeluarkan sampah yang membusuk di perutku, mengingat di rumah kontrakanku (dulu) ga ada WC-nya. Hehehe! Di jamban, dulu aku betah berlama-lama sambil belajar untuk ujian sekolah. Yah, mungkin karena jamban sangat kondusif untuk berkonsentrasi belajar. Suasananya sepi, paling-paling hanya terdengar bunyi aliran air sungai dan 'plung' tanda si dia sudah keluar. Nyaman.

Aku teringat lagi akan jamban saat beberapa menit film Slumdog Milionare dimulai. Tertawa lepas aku, saat Jamal anak kecil polos tokoh utama cerita ini mencelupkan dirinya ke danau lewat lubang jamban. Motivasinya yang kuat untuk bertemu Amitabh Bachchan membuatnya nekat mencelupkan diri ke kubangan feses (tinja,red.). Dan seperti aku, Jamal juga sangat betah di jamban.

Dan...Inilah juga karakterku: jamban. Sama seperti jamban, sering jadi tempat sampah cerita orang, terutama yang pada stres. Ada yang stres karena broken home, kebelet nikah, sampe yang berantem pengen cerai atau putus sama pasangannya. Ada juga yang pengen bunuh diri. Ini ni yang bikin kita jadi ikutan stres mendengar curhatannya. Tapi, di luar semua itu, menjadi jamban juga membuatku bahagia, menjadi tempat favorit bagi sahabatku. Nyaman rasanya, menjadi jamban... ;D

2 komentar:

  1. wah lama gak posting tulisan ya bu.
    jamban?!
    amel, kamu besar di mana sih? aku yg besar di bukittinggi saja gak punya pengalaman dg makhluk ini.

    BalasHapus
  2. Deu...Uni perhatian benged siyyy. Tau aja aku lama ga posting. Aku besar d Inggris Uni... D Bukittinggi ga da jamban ya? Kesian, terbelakang... ;p

    BalasHapus