Senin, 13 April 2009

Selalu aku...

Semangat. Yang kutahu hanya semangat. Saking buruknya perbendaharaan kataku, teman-teman sulit menyembunyikan ekspresi eneg-nya begitu aku mengucapkan kata ‘semangat’. Ini memang cukup kontras dengan aktivitas editingku yang (harusnya) menjadikanku kaya akan kata. Tapi, makin tinggi terbangku, aku makin kerap gauli kata ‘semangat’.

Dari fenomena yang kubaca, semangatlah yang membuat seseorang tetap hidup. Mohon maaf jika contoh yang kusampaikan ini cukup ekstrem. Janda. Sudah menjadi stigma masyarakat (pada umumnya, meski aku ga setuju nih) bahwa perempuan ‘kurang’ bisa survive karena keterbatasannya, terutama fisik. Akan tetapi, sosok janda sering menunjukkan hal yang berseberangan, dan aku belajar darinya. Utamanya karena faktor “harus”, perempuan yang secara hukum sendirian (janda, red.) ini menjadi ikon kuatnya perempuan. Menjadi petani, pembantu rumah tangga, bahkan operator alat berat berani dilakoni guna mempertahankan hidup dan kehidupannya. Hebat euy! Bagaimana hal berbeda itu ditunjukkan oleh janda? Ini karena mereka punya semangat, suatu faktor hero yang luarr biasa!

Semangat juga satu-satunya motivasi yang tumbuh dari alam, bahkan sejak sperma berencana bertemu ovum di tuba falopii. Hehe, ilmiah dikit nih! Seperti yang kita tahu, semangat bisa menggeliat dan membara jika dipicu hormon. Nah, hormon kan secara alami berada di deretan sekuens DNA kita. Karena itu, semangat adalah langkah awal yang dibuka Alloh untuk merenung, berpikir, dan mengambil kesimpulan-kesimpulan kecil untuk mewujudkan mimpi.

Menjadi setia pada semangat, itulah yang tengah kulakukan sekarang. Kuharap inilah yang membuatku berbeda dan menjadi terang. Huaa! Pengen...

2 komentar:

  1. ketauan banget ya mel, eneg-nya kita? :D
    btw kayaknya isi sama judul nte nyambung ya?

    BalasHapus
  2. nyambung apa ga nyambung nih Uni? Nyambung ga nyambung itu relatip. hehehe! Makasi dah berkunjung... Btw, aku ga bs kasi komen ke multiply.. Padahal dah diketik. Bete euy!

    BalasHapus